Sponsor Ku

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Rabu, 29 April 2009

The Miracle oF sMile ^_^


Dalam fisiologi, senyum adalah ekspresi wajah yang terjadi akibat bergeraknya atau timbulnya suatu gerakan di bibir atau kedua ujungnya, atau pula di sekitar mata. kebanyakan orang senyum untuk menampilkan kebahagiaan dan rasa senang.

Senyum itu datang dari rasa kebahagiaan atau kesengajaan karena adanya sesuatu yang membuat dia tersenyum. Seseorang sendiri kalau senyum umumnya bertambah baik raut wajahnya atau menjadi lebih cantik ketimbang ketika dia biasa saja atau ketika dia marah.

Senyum dalam agama Islam itu adalah ibadah, karena senyum membuat orang lebih indah dan enak dilihat. Beberapa orang menuliskan manfaat yang kita peroleh jika tersenyum, diantaranya
  • Senyum membuat anda lebih menarik. Orang yang banyak tersenyum akan memiliki daya tarik. Orang yang senang tersenyum akan membuat perasaan orang di sekitarnya nyaman dan senang. Dipastikan orang yang banyak tersenyum akan memiliki banyak teman.
  • Senyum dapat mengubah perasaan. Jika kalian sedang sedih, cobalah untuk tersenyum. Senyuman akan membuat perasaan menjadi lebih baik. Menurut penelitian, senyum bisa memperdayai tubuh sehingga perasaan berubah.
  • Senyum dapat menular. Ketika seseorang tersenyum, ia akan membuat suasana menjadi lebih riang. Orang di sekitarnya pasti akan ikut tersenyum dan merasa lebih bahagia.
  • Senyum dapat menghilangkan stress. Stres bisa terlihat dari wajah. Senyuman bisa menghilangkan mimik lelah, bosan, dan sedih. Ketika kalian mulai merasa stres, ambil waktu untuk tersenyum. senyuman akan mengurangi stres dan membuat pikiran lebih jernih.
  • Senyum membuat sistem imun bekerja lebih baik. Fungsi imun tubuh bekerja maksimal saat seseorang merasa rileks.
  • Senyum dapat menurunkan tekanan darah. Tidak percaya? Coba catat tekanan darahmu saat tidak tersenyum dan catat lagi tekanan darah saat anda tersenyum saat diperiksa. Tekanan darah saat anda tersenyum pasti lebih rendah.
  • Senyum melepas endorphin, pemati rasa alamiah, dan serotonin. Senyum ibarat obat alami. Senyum bisa menghasilkan endorphin, pemati rasa alamiah, dan serotonin. Ketiganya adalah hormon yang bisa mengendalikan rasa sakit.
  • Senyum membuat awet muda. Senyum menggerakkan banyak otot. Akibatnya otot wajah terlatih sehingga anda tidak perlu melakukan face lift. Dijamin dengan tersenyum anda akan terlihat lebih awet muda.
Tersenyum, betapa mudahnya hal ini dilakukan. Hanya butuh sedetik untuk merubah bentuk bibir menjadi senyum. Dan hanya butuh tujuh detik detik untuk mempertahankan senyum agar terlihat sebagai unkapan ketulusan hati.
Itulah senyum....
Ia sederhana, tapi dahsyat luar biasa
Ia kecil, tapi bermakna besar
Ia mudah, tapi sangat berharga
Karena itu.....
Tersenyumlah dan nikmati keajaiban dalam hidup ini
Dan....
Buatlah dunia tersenyum melihat senyumanmu

Baca Selengkapnya - The Miracle oF sMile ^_^

Sabtu, 25 April 2009

Catatan Kecil Seorang Mahasiswi



Jadi mahasiswa atau mahasisiwi? Kuliah di universitas idaman dan dapat teman baru? Mungkin sebagian besar orang bercita-cita akan hal itu. Sebelum lulus-lulusan SMA, hal itu juga yang sempat mampir di benakku. Kuliah dimana? Jurusan apa? Dan sebagainya tentang hal itu. Dulunya sih semapt terfikir bahwa setelah lulus SMA, setidaknya kita sudah hampir mencapai titik akhir dari perjalanan hidup ini. Meskipun tidak ada yang tahu kapan hidup ini akan berakhir. Tapi, kenyataannya, setelah melepaskan seragam SMA, itu baru merupakan titik awal dari perjalanan kita. Ibaratnya, melepaskan seragam SMA berarti saat dimana gerbang menuju masa depan kita terbuka. Di samping itu, konsekuensinya adalah, setelah menanggalkan seragam tersebut berarti mau tidak mau kita harus belajar untuk melupakan sikap egois, malas, tidak bertanggung jawab, dll yang nantinya akan menghambat perjalanan kita.
Dan disinilah aku sekarang, berada di awal perjalanan menuju masa depan itu. Yah, dengan status sebagai mahasiswi PSIK Unhas. Di satu sisi, kebanggaan akan hal itu tentunya ada, tapi di sisi lain sepertinya berat untuk memikul satu tanggung jawab seperti ini. Tidak pernah kubayangkan rutinitas perkuliahan yang akan kujalani seperti ini. Entahlah, tidak pernah ada yang memberikan gambaran seperti apa mereka melalui masa kuliahnya dan menjadi orang yang sukses. Namun, yang kulihat sepertinya mereka senang akan perubahan status yang mereka dapat ketika menjadi mahasiswa. Saat di mana mereka sudah dianggap dewasa dan ‘suara’ mereka mulai didengar.
Mungkin sistem baru yang mesti kami jalani juga menimbulkan sedikit kebingungan. Satu lagi, kadang-kadang kejenuhan juga muncul. Bagaimana tidak, hampir pada setiap mata kuliah jurusan, kegiatan yang kami lakukan adalah diskusi kelompok, tutorial, diskusi panel, dan kegiatan lab. Satu lagi, pada mata kuliah KD 1 (Keperawatan Dasar) kemarin, kami harus menjalani ujian OSCE yang lumayan membuat kami panik dan cemas.
Tapi jangan khawatir. Dunia perkuliahan yang sedang kami jalani saat ini tidak seburuk itu. Hal-hal yang lebih baik jauh lebih banyak. Mungkin salah satunya adalah dengan sistem yang baru, waktu yang dibutuhkan untuk meraih gelar S.Kep akan lebih singkat. Kuliah juga secara tidak langsung memaksa kita untuk lebih giat dan bertanggung jawab, setidaknya untuk diri kita sendiri. Dan pastinya, menjadi seseorang yang jauh lebih dewasa dan bijaksana. Karena, tidak dapat dipungkiri, meski usia bertambah, sifat manja dan egois masih sering mendominasi pemikiranku.
Mungkin memang seperti inilah hidup kita. Harus melewati kesulitan sebelum memperoleh kebahagiaan dan kesuksesan. Lebih baik seperti ini,kan? Dibanding memeproleh kesuksesan tapi malah menimbulkan kesulitan. Meskipun berat, tapi keyakinan itu masih ada. Harapan itu masih tersimpan. Keyakinan dan harapan untuk mebuat orang lain kembali memiliki keyakinan dan harapan. Karena itulah tujuan dari pembelajaran ini. Namun, selain harapan itu, satu harapan yang saat ini kumiliki adalah mendapatkan doa dan dukungan dari kalian semua. Karena tidak ada yang tidak bisa kita lakukan jika doa dan dukungan dari orang-orang yang menyayangi kita ada dalam genmggaman. Berikan doa kalian untukku, agar aku dapat membuat kalian tersenyum dan bangga bisa mengenalku.

Baca Selengkapnya - Catatan Kecil Seorang Mahasiswi

Selasa, 21 April 2009

'Melukis' Hati


Mulai hari dengan semangat baru dan warnai dengan aneka warna. Pagi hari adalah awal bagi kita untuk membuat sebuah lukisan dengan goresan warna-warni. Nah, apakah “lukisan’ yang akan kita hasilkan nantinya, kitalah yang menentukan. Karena itu, mulai melukis hati dari sekarang, yuk!!
Jaga Omongan
Elegannya warna hitam mencerminkan kesopanan yang akhirnya akan membuat orang lain kagum pada kita. Ingin jadi orang seperti itu? Mulailah dari sekarang. jagalah setiap omongan kita seperti kata pepatah “mulutmu adalah harimaumu”. Apa yang kita ucapkan, bisa merugikan diri kita sendiri. Dan jangan lupa, orang lain akan menilai kita berdasarkan apa yang kita ucapkan. Jadi, jangan rusak harimu dengan ucapan yang tidak bermakna.

Jangan coba berbohong
Kesucian warna putih mengajarkan kita untuk menampilkan diri kita apa adanya. Jadi, jangan pernah coba unuk berbohong. Beberapa orang juga berpendapat kalau berbohong adalah salah satu cara yang dilakukan seseorang yang kurang pede atau ingin menutupi kekurangan dirinya. Percayalah pada kekuatan diri sendiri!

Serba Positif
Cerahnya warna kuning mengajarkan kita untuk selalu berbahagia. Bahkan dalam menghadapi masalah yang sulit sekalipun. Awali harimu denga hati lapang, pikiran positif dan senyum ceria yang bikin hidup lebih berwarna.

Cinta semua
Hangatnya nuansa orange mengingatkan kita pada kehangatan berada di tengah keluarga dan tema-teman terdekat. Ungkapkan rasa cinta kita pada mereka semua hari ini. Tapi tidak perlu dengan memberi kado mewah atau ungkapan kasih sayang yang berlebihan.

Bersyukurlah
Warna hijau mencerminkan rasa syukur kita akan segala karunia-Nya. Jangan lupa untuk mengawali harimu dengan sebuah rasa syukur.

Jadi, tentukan warnamu dan mulailah ‘melukis’ hati untuk mengawali hari dengan lebih baik.
Baca Selengkapnya - 'Melukis' Hati

Senin, 20 April 2009

Makan CoklaT yuuk


Coklat? Hmm..pasti semua suka dong! Tapi tunggu dulu, makan coklat juga membawa beberapa manfaat bagi tubuh lho..

Kata coklat berasal dari xocoatl (bahasa suku Aztec) yang berarti minuman pahit. Suku Aztec dan Maya di Mexico percaya bahwa Dewa Pertanian telah mengirimkan coklat yang berasal dari surga kepada mereka. Cortes kemudian membawanya ke Spanyol antara tahun 1502-1528, dan oleh orang-orang Spanyol minuman pahit tersebut dicampur gula sehingga rasanya lebih enak. Coklat kemudian menyebar ke Perancis, Belanda dan Inggris. Pada tahun 1765 didirikan pabrik coklat di Massachusetts, Amerika Serikat.
Dalam perkembangannya coklat tidak hanya menjadi minuman tetapi juga menjadi snack yang disukai anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Selain rasanya enak, coklat ternyata berkhasiat membuat umur seseorang menjadi lebih panjang. Suatu studi epidemiologis telah dilakukan pada mahasiswa Universitas Harvard yang terdaftar antara tahun 1916-1950. Dengan menggunakan food frequency questionnaire berhasil dikumpulkan informasi tentang kebiasaan makan permen atau coklat pada mahasiswa Harvard.
Dengan mengontrol aktivitas fisik yang dilakukan, kebiasaan merokok, dan kebiasaan makan ditemukan bahwa mereka yang suka makan permen/coklat umurnya lebih lama satu tahun dibandingkan bukan pemakan. Diduga antioksidan fenol yang terkandung dalam coklat adalah penyebab mengapa mereka bisa berusia lebih panjang. Fenol ini juga banyak ditemukan pada anggur merah yang sudah sangat dikenal sebagai minuman yang baik untuk kesehatan jantung. Coklat mempunyai kemampuan untuk menghambat oksidasi kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, sehingga dapat mencegah risiko penyakit jantung koroner dan kanker.

Anak-anak umumnya senang cokelat. Tapi Anda mungkin enggan memberikannya karena cokelat tidak dikatakan sebagai makanan sehat. Kini, riset baru menunjukkan, cokelat dapat membangkitkan semangat anak, melindungi perkembangan sel-sel dan khasiat lainnya. Berikut, khasiat cokelat untuk anak menurut para ahli.
Untuk mencegah anak cedera saat lomba atletik, tinggalkan minuman sport. Lebih baik berikan susu cokelat. Selain memberikan kalsium 25% Angka Kecukupan Gizi untuk anak, 1 gelas susu dapat menurunkan risiko cedera selama aktivitas, begitu menurut sebuah studi dalam International Journal of Sport Nutrition and Exercise Metabolism. Glukosa dan protein di dalam minuman susu cokelat memberi bahan bakar pada otot untuk meningkatkan stamina dan kinerja selama latihan. Rasio karbohidrat-protein yang mudah dicerna membuat khasiat mulai terasa hanya dalam hitungan menit.

Cokelat hitam kaya polyphenols, antioksidan yang melindungi sel-sel dan tubuh dari radikal-radikal bebas penyebab penyakit. Cokelat hitam juga mengaktifkan zat kimia otak pembangkit semangat serotonin untuk mencegah depresi dan anxiety. Karena anak-anak lebih suka cokelat susu, tambahkan cokelat hitam ke dalam minuman cokelat susu dan makanan panggangan seperti brownies.

Baca Selengkapnya - Makan CoklaT yuuk

Selasa, 14 April 2009

Lho, Perawat Dilarang Berjilbab

Larangan penggunaan jilbab ternyata masih terjadi di negara yang penghuninya mayoritas Muslim. Hal ini menimpa Perawat Rumah Sakit Karya Medika II Tambun. Sungguh Terlalu!

Berita mengagetkan itu kami terima dari telepon. Setengah tak percaya kami mendengar laporan dari seseorang di ujung telepon. Hari gini masih ada pelarangan jilbab? Padahal setiap 4 September ditetapkan sebagai Hari Solidaritas Jilbab Internasional dan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 juga telah menjamin kemerdekaan setiap penduduk untuk menjalankan agama sesuai dengan kepercayaannya masing-masing. Kenapa masih ada pelarangan jilbab?

Bak puzzle, segera kami menyusun laporan itu satu demi satu. Setelah menemui si pemilik suara, Sabili menuju TKP. Benar! Kasus pelarangan jilbab kembali terjadi, kali ini korbannya perawat Rumah Sakit Karya Medika (RSKM) II Tambun, Bekasi. Pihak rumah sakit beralasan agar perawat tidak berafiliasi pada golongan tertentu, tidak boleh menggunakan simbol-simbol agama.

Di awal Agustus, di tengah teriknya matahari, Sabili datang ke RSKM Tambun untuk mengkonfirmasikan kebenaran berita tersebut. Sebelum menemui bagian informasi, Sabili sempat melihat sebuah mushala As-Syifa bertuliskan “Majelis Taklim RSKM II” di dekat pintu masuk utama. Setelah bertemu bagian informasi, Sabili pun terkejut melihat karyawati RSKM bagian informasi yang memakai jilbab. Benarkah RSKM ini melarang jilbab bagi perawatnya?

Setelah Sabili mengemukakan keinginannya untuk bertemu dengan Kepala Humas RSKM II, Robin Damanik, karyawati bagian informasi menjelaskan kepada Sabili bahwa ia sedang rapat. “Tidak bisa diganggu!” Kemudian petugas itu memberikan brosur rumah sakit yang tercantum nomor telepon untuk dihubungi.

RSKM II yang bermoto “Kesehatan Anda Kepedulian Kami” berdiri sejak 2003 di jalan Sultan Hasanuddin No 63 Tambun Bekasi. Sebelum datang ke RSKM tersebut, kami sempat bertemu dengan dua saksi teman korban, Melati dan Abdullah (bukan nama sebenarnya). Mereka menjelaskan, setelah diterima bekerja pihak manajemen mewajibkan perawat dan karyawan yang berjilbab untuk melepaskan jilbabnya saat bekerja, bila tidak maka perusahaan tidak bisa menerima. Padahal peraturan itu sama sekali tidak tertulis dan tercantum dalam aturan perusahaan. Pihak RSKM beralasan mengenakan jilbab mengganggu pekerjaan saat melayani pasien.

Abdullah menuturkan sungguh tidak logis dan dibuat-buat. Padahal kita tahu di RS Islam saja perawatnya memakai jilbab, toh tidak mengganggu pekerjaan. Kalau memang jilbab menggangu dalam bekerja kenapa tidak ada peraturan tertulis dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Anehnya lagi, lanjut Abdullah, jilbab hanya dilarang di RSKM Tambun, sedangkan di RSKM I Cibitung yang terletak di Jl Iman Bonjol Cikarang Barat tidak dilarang. Padahal keduanya adalah satu grup. “Kalau memang itu sebuah peraturan kenapa berat sebelah,” tuturnya.

Menurut seorang sumber di RSKM I Cibitung, jilbab dilarang di RSKM Tambun sudah sejak berdirinya pada tahun 2003. Awalnya bukan hanya perawat yang dilarang, tapi juga karyawan medis maupun non medis. Tapi sekarang perawat saja yang dilarang berjilbab. Ia pun mengakui adanya dikotomi manajemen di RSKM I dengan RSKM II. Di RSKM I jilbab tidak dilarang karena mayoritas manajemennya Muslim sedangkan di RSKM II dilarang karena manajemennya non Muslim.

Berdasarkan pantauan Sabili, pelarangan jilbab ini mulai terkuak saat bulan Juli lalu, ketika 10 orang perawat dimutasi dari RSKM Cibitung ke RSKM Tambun dengan alasan butuh perawat karena jumlah pasien bertambah. Tujuh orang yang dimutasi itu adalah perawat yang berjilbab. “Kenapa harus yang berjilbab yang dimutasi? Kenapa tidak yang lain. Selain itu mengapa pihak manajemen tidak berkoordinasi dengan majelis taklim An-Nur yang ada di RSKM Cibitung,” tukas Abdullah kepada Sabili bingung.

Saat rapat di Aula RSKM I tanggal 9 Juli 2008 tentang mutasi karyawan dari RSKM I ke RSKM II, Abdullah yang ditemui Sabili di sebuah warung bakso di Cikarang Barat menjelaskan di antara pembahasan rapat itu menyamakan pelayanan di RSKM I dan II dengan beberapa rumah sakit lain yang mengatasnamakan profesionalisme. Hal ini tentu membuat resah para perawat yang berjilbab. Pasalnya, ini berarti sama saja melarang perawat mengenakan jilbab saat bekerja. Padahal tak ada hubungan antara jilbab dengan kemampuan yang mereka miliki. Jadi berjilbab tidak menghalangi profesionalitas.

Melati mengungkapkan usaha konsolidasi telah dilakukan tujuh karyawati berjilbab tersebut dengan Direksi. Namun, Direksi hanya menjawab, “Di RSKM II memang harus melepas jilbab, jika tidak mau maka tidak usah bekerja di situ.”

Bagi yang istiqamah demi mempertahankan jilbabnya, dia akan ditempatkan di ruang rawat biasa. Ini sama saja penurunan jabatan secara halus dan membuatnya tidak nyaman.

Salah satu korban yang dihubungi Sabili via telepon membenarkan adanya pelarangan jilbab bagi perawat di RSKM Tambun. Karena ia menolak melepaskan jilbab, akhirnya ia pun dipindahkan ke bagian lain yang lebih rendah. Sudah bisa ditebak gajinya pun minim. Perpindahan kerja itu secara tidak langsung merupakan penurunan jabatan.

Sementara itu, Humas RSKM Tambun Robin Damanik saat dikonfirmasi Sabili via telepon (12/8) membantah adanya pelarangan jilbab. Robin pun balik bertanya? “Dari mana berita tersebut?”

Menurutnya tidak benar ada larangan memakai jilbab bagi perawat maupun karyawati. “Tidak ada larangan bagi perawat untuk mengenakan jilbab di RSKM II, berita itu perlu diluruskan,” tutur Robin dengan tegas.

Menanggapi kasus ini, Divisi Publikasi dan Kajian Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia (PAHAM) Fitria menjelaskan, seharusnya pihak RSKM tidak melarang jilbab, karena itu melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) dan Undang-Undang Ketenagakerjaan. “Tidak ada satu pun UU tenaga kerja yang melarang memakai jilbab,” tegasnya.

Hal senada dikatakan Anggota DPR dari Komisi VIII Yoyoh Yusroh. Ia menjelaskan pelarangan jilbab tidak berdasar dan bertentangan dengan SK 3 Menteri tahun 1991. Seorang perawat mengenakan jilbab dalam rangka melaksanakan UUD 1945 pasal 29 ayat 2. “Kalau jilbab dilarang berarti melanggar UUD 45 tersebut,” sebut jilbaber yang kini menjadi politisi itu.

Selanjutnya, Yoyoh menyarankan agar mengedepankan musyawarah antara perawat dengan pimpinan RSKM. Kalau buntu bisa juga dengan bantuan dari lembaga-lembaga sosial yang mempunyai kekuatan hukum. Karena tidak mungkin persoalan itu diselesaikan secara perseorangan. “Kalau perawat RSKM di Tambun masih juga dilarang mengenakan jilbab, adukan saja ke DPRD Bekasi,” saran Yoyoh.

Saran Yoyoh tepat sekali, di zaman keterbukaan memang harus menyuarakan kepentingan. Tak perlu takut-takut lagi. (Andy S, Citra S)

http://sabili.co.id
Baca Selengkapnya - Lho, Perawat Dilarang Berjilbab

Perawat Indonesia, Mampukah Bersaing dalam Industri Kesehatan di Dalam Negeri?


Oleh: Agus Setiawan*

Fenomena yang muncul belakangan ini menimbulkan pertanyaan banyak pihak, khususnya insan keperawatan Indonesia. Fenomena tersebut diantaranya adalah rendahnya penyerapan lulusan keperawatan di instansi negeri maupun swasta sementara lulusan perawat yang lulus dari perguruan tinggi terus bertambah. Untuk saat ini, lulusan tenaga perawat hanya sekitar 20% yang dapat terserap untuk bekerja di dalam negeri (BPPSDM Depkes RI, 2008). Selain itu, banyak tenaga perawat Indonesia yang memilih untuk bekerja di luar negeri dengan berbagai alasan (Kompas.com, 5 Agustus 2008). Pilihan untuk bekerja di luar negeri adalah keputusan yang sangat wajar karena mendapatkan penghasilan yang lebih baik adalah dambaan setiap orang. Namun hal tersebut tetap meyisakan pertanyaan yang perlu untuk direnungkan, mengapa mereka tidak mendapatkan hal tersebut di dalam negeri? Apakah mereka tidak lagi mampu bersaing dalam industri kesehatan di dalam negeri? Pertanyaan tersebut bermuara pada suatu renungan, bagaimana masa depan perawat dalam berkiprah di industri kesehatan di Indonesia?

Sebelum menelaah lebih jauh permasalahan tersebut, penulis mengajak pembaca untuk menganalisa mengapa perawat harus bersaing dalam industri kesehatan di dalam negeri. Untuk dapat eksis dan berkembang di masa depan, perawat haruslah mempunyai daya saing dan nilai tawar yang tinggi. Pada hakekatnya, hidup ini adalah persaingan atau kompetisi. Mereka yang dapat survive adalah mereka yang mempunyai daya saing yang tinggi. Persaingan adalah hal yang tidak bisa kita hindari bahkan sebelum kita dilahirkan oleh ibu kita di muka bumi ini. Kita diciptakan oleh Allah SWT dari sebuah sperma yang terbaik yang mengalahkan ribuan bahkan jutaan sperma lain yang berhasil membuahi satu sel telur saja. Ketika kita lahir sampai sekarang, persainganpun harus kita lalui, dari mulai masuk sekolah sampai dengan mendapatkan pekerjaan. Persaingan itupun terus berlanjut di tempat kerja kita untuk terus berprestasi dan mendapatkan posisi yang terbaik dalam karir.

Lalu apa kaitannya persaingan dalam hidup dengan persaingan dalam industri kesehatan? Kesehatan adalah sebuah industri yang di sana berlaku mekanisme pasar. Tenaga kesahatan adalah pemberi jasa pelayanan kesehatan yang kemudian dapat disebut suplier, dan masyarakat sebagai penerima jasa layanan yang kemudian dapat disebut demander. Dengan adanya permintaan (demand), maka tersedialah barang/ jasa (supply) dan terjadilah proses jual beli (market) dengan harga (cost) yang disepakati antara penjual dan pembeli. Dalam menyediakan pelayanan kesehatan, disadari atau tidak perawat harus bersaing dengan tenaga kesehatan lain baik yang formal ataupun yang tidak formal untuk merebut pasar. Perawat tidak saja harus bersaing dengan profesi dokter, bidan, dll; tetapi juga harus bersaing dengan pemberi pelayanan kesehatan tradisional dan alternatif. Masyarakat tentunya bebas memilih pelayanan kesehatan apa yang diinginkannya.

Merujuk pada konsep supply and demand ini, penulis mencoba menggambarkan keadaan perawat sekarang dan apa yang harus dilakukan perawat agar tetap eksis dalam pasar industri kesehatan dalam negeri. Pelajaran pertama dari teori ini adalah harga akan sangat ditentukan oleh supply dan demand. Demand yang tinggi dan supply yang rendah akan berimplikasi pada harga yang tinggi. Sebaliknya supply yang tinggi dibarengi demand yang rendah akan mengakibatkan harga yang rendah. Dapat dipahami jika sekarang ini pekerjaan sebagai perawat di dalam negeri dikatakan tidak rewarding (kurang mendapatkan penghargaan yang layak secara finansial). Betapa tidak, hal ini dimungkinkan karena sekarang ini di Indonesia sangat banyak instansi yang menyelenggarakan pendidikan keperawatan yang menambah jumlah lulusan perawat (supply yang tinggi). Sementara itu, kemampuan pasar untuk menyerap (demand) rendah dan tidak sesuai dengan jumlah lulusan. Sehingga sering kita dengar ada lulusan perawat yang mau bekerja di bawah standar kompetensinya dengan dibayar murah, karena sulitnya mencari pekerjaan. Dari uraian ini sangat jelas bahwa yang harus dilakukan oleh instansi yang terkait dalam mengambil kebijakan (organisasi profesi, pemerintah dan institusi pendidikan) untuk menjaga nilai tawar lulusan agar tetap tinggi adalah mengontrol supply, serta cermat dalam melihat dan menciptakan demand dan kebutuhan pasar.

Mengontrol supply dapat dilakukan dengan membatasi pertumbuhan instansi pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan keperawatan. Selain itu, menjaga kualitas pendidikan utuk menjamin lulusan yang berkualitas juga menjadi sangat penting misalnya melalui proses akreditasi secara berkala dan jujur. Menciptakan demand dapat dilakukan dengan melihat potensi-potensi di masyarakat yang memungkinkan perawat dapat berkontribusi. Contohnya, dengan berkembangnya populasi usia lanjut yang pesat di Indonesia dan tingginya masalah kesehatan kronik dan degeneratif telah memungkinkan perawat untuk mengembangkan program home care dan praktik keperawatan mandiri yang prospeknya cukup menjanjikan. Sehingga perlu ditanamkan kepada calon lulusan perawat untuk dapat kreatif menciptakan lapangan kerja dan tidak bercita – cita sekedar menjadi pekerja di rumah sakit atau puskesmas.

Pelajaran kedua yang kita bisa ambil dari teori supply and demand adalah sebagai pembeli, amatlah wajar jika masyarakat menginginkan pelayanan yang berkualitas dengan harga yang minimal. Inilah yang kemudian menjadi kata kunci perawat dalam bersaing: pelayanan yang berkualitas, efektif dan efisien. Berkualitas artinya memenuhi standar yang sudah ditentukan, efektif artinya dapat mencapai tujuan dalam hal ini dapat mengatasi masalah kesehatan, dan efisien artinya dapat menekan harga sehingga terjangkau oleh konsumen.

Contoh nyata yang dapat kita ambil untuk menjelaskan teori di atas adalah didukungnya keberadaan Nurse Practitioner di Amerika, Australia, Kanada dan negara maju lainnya oleh pemerintah setempat melalui Nursing Act. Walaupun dalam prosesnya Nurse Practitioner di Australia ditentang keras oleh AMA (the Australian Medical Asociation), namun Nurse Practitioner telah memberikan evidence bahwa dengan keberadaan mereka, anggaran kesehatan pemerintah jauh lebih efisien, dan keterjangkauan layanan kesehatan berkualitas dapat lebih luas diterima dan diakses oleh masyarakat (Australian Nursing Journal, Oktober 2005).

Dari contoh di atas kita bisa melihat bahwa perawat dapat mempunyai nilai tawar yang tinggi dan bersaing dalam industri kesehatan karena bisa memberikan pelayanan yang berkualtas, efektif dan efisien. Sehingga ketika kita bertanya apakah perawat mampu bersaing dalam industri kesehatan di dalam negeri, pertanyaan tersebut berpulang kepada perawat itu sendiri. Atau paling tidak, ada variabel internal dari perawat yang harus di intropesksi, apakah perawat sudah memberikan pelayanan yang berkualitas dan ber kontribusi positif terhadap peningkatan kesehatan nasional dan ikut meminimalisir biaya kesehatan.

Sifat keperawatan yang altruistik yang mengedepankan prinsip caring tentunya bukan alasan perawat untuk tidak mempertimbangakan sisi ekonomi dalam memberikan pelayanan keperawatan, karena menjadi perawat adalah suatu pilihan karir yang dapat menjanjikan untuk masa depan yang baik.
* Penulis adalah Staf Pengajar FIK UI dan Pengurus Pusat Ikatan Perawat
Baca Selengkapnya - Perawat Indonesia, Mampukah Bersaing dalam Industri Kesehatan di Dalam Negeri?

Bagaimana Sarjana Keperawatan Kelak ????

Pembangunan bangsa adalah membangun manusianya, membangun manusia bukan hanya membangun raganya tapi juga jiwanya. Salah satu aspek yang ikut dibangun dalam pembangunan bangsa adalah pembangunan kesehatan, dan salah satu sub sistemnya adalah adalah keperawatan.

Kalau keperawatan dipandang sebagai suatu subsistem dari pembangunan kesehatan maka keperawatan harus ditempatkan pada suatu posisi yang sama dan sejajar dengan bidang lainnya, karena sedikit banyaknya pasti akan memberikan kontribusi terhadap pembangunan bangsa ini, dan ini TIDAK PERLU DISANGKAL LAGI. Ada beberapa hal yang dapat kita tilik dari sisi awam tentang bagaimana peran perawat dan keperawatan seperti halnya dalam pelayanan kesehatan dirumah sakit, puskesmas, klinik-klinik swasta dan lain sebagainya yang sebenarnya menunjukkan peran perawat terhadap pembangunan bangsa, dan membuktikan bahwa kerja tim kesehatan itu ada dan saling ketergantungan satu sama lainnya. Dengan demikian seyogyanya tidak ada satupun profesi kesehatan yang memposisikan diri lebih baik dari yang lainnya.

Perawat dalam menjalankan peran dan tanggungjawabnya sangat dituntut memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang baik yang dapat menunjang tindak prilaku profesionalnya . Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang baik akan dapat diperoleh dalam lingkungan perguruan tinggi yang memiliki komitmen yang kuat untuk mencetak perawat yang profesional. Pertanyaannya adalah seberapa banyak perguruan tinggi yang memiliki komitmen seperti itu dan seberapa besar keinginan untuk mewujudkannya????

Dekade ini begitu banyak perguruan tinggi keperawatan yang berdiri dengan mekanisme yang ada. Perguruan tinggi ini tentunya memiliki andil dalam pembangunan bangsa utamanya dunia keperawatan untuk mencetak sumber daya keperawatan yang profesional, dan itu patut kita acungi jempol atas segala upayanya. Namun disatu sisi bahwa dengan maraknya perguruan tinggi keperawatan tersebut apakah sebanding dengan kualitas lingkup pendidikan yang disediakan untuk mencapai tujuannya??? Barangkali perlu ada lembaga independen yang dapat memberikan tolok ukur terhadap penyelenggaraan pendidikan keperawatan, layak atau tidak layak……………

Kenapa mesti demikian????Saya kira anda lebih mampu menjawabnya jika kita mencoba melibatkan nurani dan niat baik dalam memandang hakikat penyelenggaraan pendidikan keperawatan dan mencoba menerawang propektifitasnya, bukan hanya melihat kuantitasnya tetapi juga mempersiapkan kualitasnya.

Betapa menangisnya dunia pendidikan (khususnya pendidikan keperawatan), jika kita menyaksikan penyelenggaraan pendidikan yang begitu terseok-seok, mahasiswa kurang dibekali dengan ketrampilan karena peralatan yang kurang, input pengetahuan kurang karena perpustakaan yang tidak memadai, moralitas terabaikan karena pembinaan moral dan teladan yang kurang. Lantas akan berakhir seperti apa? Kita jangan menyerahkannya kepada alam untuk menyeleksinya tetapi marilah memperkokoh tatanan yang ada dengan mewarnainya dengan akhlaq yang mulia mulai dari pendirian, penyelenggaraan, sampai pada pengawasannya.

Jika tidak demikian, jangan melemparkan bola api jika kita menghasilkan sumber daya yang tidak kompetitif, tidak profesional, dan tidak berakhlaq. Karena walaupun dilemparkan, niscaya bola api ini akan membakar kita di neraka kelak.

Lantas bagaimana sarjana keperawatan kelak??? Silahkan anda menjawabnya masing-masing.

http://abdalle.wordpress.com
Baca Selengkapnya - Bagaimana Sarjana Keperawatan Kelak ????

Ringkasan Teori Keperawatan


Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah dimunculkan. Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan smbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan.

Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari fakta-fakta yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara langsung.

Yang dimaksud teori keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan. Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model konsep dalam keperawatan,dan model konsep keperawatan digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan.

Berikut ini adalah ringkasan beberapa teori keperawatan yang perlu diketahui oleh para perawat profesional sehingga mampu mengaplikasikan praktek keperawatan yang didasarkan pada keyakinan dan nilai dasar keperawatan.

Penyusun Teori: Nightingale (1860)
Tujuan Keperawatan: Untuk memfasilitasi “proses penyembuhan tubuh” dengan memanipulasi lingkungan klien (Torres, 1986)
Kerangka Kerja Praktik: Lingkungan klien dimanipulasi untuk mendapatkan ketenangan, nutrisi, kebersihan, cahaya, kenyamanan, sosialiasi, dan harapan yang sesuai

Penyusun Teori: Peplau (1952)
Tujuan Keperawatan: Untuk mengembangkan interaksi antara perawat dan klien
Kerangka Kerja Praktik: Keperawatan adalah proses yang penting, terapeutik, dan interpersonal (1952) Keperawatan berpartisipasi dalam menyusun struktur sistem asuhan kesehatan untuk memfasilitasi kondisi yang alami dari kecenderungan manusia untuk mengembangkan hubungan interpersonal (Marriner-Torney, 1994)

Penyusun Teori: Henderson (1955)
Tujuan Keperawatan: Untuk bekerja secara mandiri dengan tenaga pemberi pelayanan kesehatan (Marriner-Torney, 1994), membantu klien untuk mendapatkan kembali kemandiriannya secepat mungkin
Kerangka Kerja Praktik: Praktik keperawatan membentuk klien untuk melakukan 14 kebutuhan dasar Henderson (Henderson, 1966)

Penyusun Teori: Abdellah (1960)
Tujuan Keperawatan: Untuk memberikan kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Untuk menjadi perawat yang baik dan berpengertian, juga mempunyai kemampuan intelegensia yang tinggi, kompeten dan memiliki keterampilan yang baik dalam memberikan pelayanan keperawatan (Marriner-Torney, 1994)
Kerangka Kerja Praktik: Teori ini melingkupi 21 masalah keperawatan Abdellah (Abdellah et al 1960)

Penyusun Teori: Orlando (1961)
Tujuan Keperawatan: Untuk berespons terhadap perilaku klien dalam memenuhi kebutuhan klien dengan segera. Untuk berinteraksi dengan klien untuk memenuhi kebutuhan klien secepat mungkin dengan mengidentifikasi perilaku klien, reaksi perawat, dan tindakan keperawatan yang dilakukan (Tores, 1986; Chinn dan Jacobs, 1995)
Kerangka Kerja Praktik: Tiga elemen seperti perilaku klien, reaksi perawat, dan tindakan perawat membentuk situasi keperawatan (Orlando, 1961)

Penyusun Teori: Hall (1962)
Tujuan Keperawatan: Untuk memberikan asuhan dan kenyamanan bagi klien selama proses penyakit (Torres, 1986)
Kerangka Kerja Praktik: Seorang klien dibentuk oleh bagian-bagian berikut yang saling tumpang-tindih, yaitu: manusia (inti), status patologis, dan pengobatan (penyembuhan) dan tubuh (perawatan). Perawat sebagai pemberi perawatan (Mariner-Torney, 1994; Chinn dan Jacobs, 1995)

Penyusun Teori: Wiedenbach (1964)
Tujuan Keperawatan: Untuk membantu individual dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan kemampuan untuk memenuhi tekanan atau kebutuhan yang dihasil dari suatu kondisi, lingkungan, situasi atau waktu (Torres, 1986)
Kerangka Kerja Praktik: Praktik keperawatan berhubungan dengan individu yang memerlukan bantuan karena stimulasi perilaku. Keperawatan klinik memiliki komponen seperti filosofi, tujuan, praktik, dan seni (Chinn dan Jacobs, 1995)

Penyusun Teori: Levine (1966)
Tujuan Keperawatan: Untuk melakukan konversi kegiatan yang ditujukan untuk menggunakan sumber daya yang dimiliki klien secara optimal
Kerangka Kerja Praktik: Model adaptasi manusia ini sebagai bagian dari satu kesatuan yang utuh didasari oleh “empat prinsip konservasi keperawatan” (Levine, 1973)

Penyusun Teori: Johnson (1968)
Tujuan Keperawatan: Untuk mengurangi stress sehingga klien dapat bergerak lebih mudah melewati proses penyembuhan
Kerangka Kerja Praktik: Kerangka dari kebutuhan dasar ini berfokus pada tujuh kategori perilaku. Tujuan individu adalah untuk mencapai keseimbangan perilaku dan kondisi yang stabil melalui penyelarasan dan adaptasi terhadap tekanan tertentu (Johnson, 1980; Torres, 1986)

Penyusun Teori: Rogers (1970)
Tujuan Keperawatan: Untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistik keperawatan (Rogers, 1979)
Kerangka Kerja Praktik: “Manusia utuh” meliputi proses sepanjang hidup. Klien secara terus menerus berubah dan menyelaraskan dengan lingkungannya

Penyusun Teori: Orem (1971)
Tujuan Keperawatan: Untuk merawat dan membantu klien mencapai perawatan diri secara total
Kerangka Kerja Praktik: Teori ini merupakan teori kurangnya perawatan diri sendiri. Asuhan keperawatan menjadi penting ketika klien tidak mampu memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan, dan sosial (Orem , 1985)

Penyusun Teori: King (1971)
Tujuan Keperawatan: Untuk memanfaatkan komunikasi dalam membantu klien mencapai kembali adaptasi secara positif terhadap lingkungan
Kerangka Kerja Praktik: Proses keperawatan didefinisikan sebagai proses interpersonal yang dinamis antara perawat, klien dan sistem pelayanan kesehatan

Penyusun Teori: Travelbee (1971)
Tujuan Keperawatan: Untuk membantu individu atau keluarga untuk mencegah atau mengembangkan koping terhadap penyakit yang dideritanya, mendapatkan kembali kesehatannya, menemukan arti dari penyakit atau mempertahankan status kesehatan maksimalnya (Marriner-Torney, 1994)
Kerangka Kerja Praktik: Proses interpersonal dipandang sebagai hubungan manusia dengan manusia yang terbentuk selama sakit dan selama “mengalami penderitaan”

Penyusun Teori: Neuman (1972)
Tujuan Keperawatan: Untuk membantu individu, keluarga, dan kelompok untuk mendapatkan dan mempertahankan tingkat kesehatan maksimalnya melalui intervensi tertentu
Kerangka Kerja Praktik: Penurunan stress adalah salah satu tujuan dari sistem model praktik keperawatan (Torres, 1986). Tindakan keperawatan meliputi tindakan preventif tingkat primer, sekunder, atau tersier

Penyusun Teori: Patterson dan Zderad (1976)
Tujuan Keperawatan: Untuk berespons terhadap kebutuhan manusia dan dan membangun ilmu “keperawatan yang humanistik” (Patterson dan Zderad, 1976; Chinn dan Jacobs, 1995)
Kerangka Kerja Praktik: Keperawatan humanistik memerlukan partisipasi untuk memahami “keunikan” dan “kesamaan” dengan yang lain (Chinn dan Jacobs, 1995)

Penyusun Teori: Leininger (1978)
Tujuan Keperawatan: Untuk memberikan perawatan yang konsisten dengan ilmu dan pengetahuan keperawatan dengan caring sebagai fokus sentral (Chinn dan Jacobs, 1995)
Kerangka Kerja Praktik: Dengan teori transkultural ini, caring merupakan sentral dan menggabungkan pengetahuan dan praktik keperawatan (Leininger, 1980)

Penyusun Teori: Roy (1979)
Tujuan Keperawatan: Untuk mengidentifikasi tipe kebutuhan klien, mengkaji kemampuan adaptasi terhadap kebutuhan dan membantu klien beradaptasi
Kerangka Kerja Praktik: Model adaptasi ini didasari oleh model adaptasi fisiologis, psikologis, sosiologis, serta ketergantungan dan kemandirian (Roy, 1980)

Penyusun Teori: Watson (1979)
Tujuan Keperawatan: Untuk meningkatkan kesehatan, mengembangkan klien pada kondisi sehatnya, dan mencegah kesakitan (Marriner-Torney, 1994)
Kerangka Kerja Praktik: Teori ini mencakup filosofi dan ilmu tentang caring; caring merupakan proses interpersonal yang terdiri dari intervensi yang menghasilkan pemenuhan kebutuhan manusia (Torres, 1986)

Penyusun Teori: Parse (1981)
Tujuan Keperawatan: Untuk memfokuskan pada manusia sebagai suatu unit yang hidup dan kualitas partisipasi manusia terhadap pengalaman sehat (Parse, 1990) (Nursing as science and art [Marriner-Torney, 1994])
Kerangka Kerja Praktik: Manusia secara terus menerus berinteraksi dengan lingkungan dan berpartisipasi dalam upaya mempertahankan kesehatannya (Marriner-Torney, 1994). Sehat adalah suatu kontinu, proses yang terbuka bukan sekedar status sehat atau hilangnya penyakit (Parse, 1990; Marriner-Torney, 1994; Chinn dan Jacobs, 1995)

http://www.keperawatan.net
Baca Selengkapnya - Ringkasan Teori Keperawatan

The Lady With The Lamp

Florence Nightingale (lahir di Florence, Italia, 12 Mei 1820 – wafat di London, Inggris, 13 Agustus 1910 pada umur 90 tahun) adalah pelopor perawat modern, penulis dan ahli statistik. Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa Inggris The Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang pada perang Krimea, di semenanjung Krimea, Rusia.

Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap keperluan pasien dan penyusunan laporan mendetil menggunakan statistik sebagai argumentasi perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan Inggris.

Florence Nightingale lahir di Firenze, Italia pada tanggal 12 Mei 1820 dan dibesarkan dalam keluarga yang berada. Namanya diambil dari kota tempat ia dilahirkan. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris. Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya, William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan bernama Parthenope. Pada masa remaja mulai terlihat perilaku mereka yang kontras dan Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktifitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan.

Pada tahun 1851, kala menginjak usia 31 tahun, ia dilamar oleh Richard Monckton Milnes seorang penyair dan seorang ningrat (Baron of Houghton), lamaran inipun ia tolak karena ditahun itu ia sudah membulatkan tekad untuk mengabdikan dirinya pada dunia keperawatan. Keinginan ini ditentang keras oleh ibunya dan kakaknya. Hal ini dikarenakan pada masa itu di Inggris, perawat adalah pekerjaan hina dan sebuah rumah sakit adalah tempat yang jorok. Banyak orang memanggil dokter untuk datang ke rumah dan dirawat di rumah.

Argumentasi Florence bahwa di Jerman perawatan bisa dilakukan dengan baik tanpa merendahkan profesi perawat patah, karena saat itu di Jerman perawat juga biarawati Katolik yang sudah disumpah untuk tidak menikah dan hal ini juga secara langsung melindungi mereka dari perlakuan yang tidak hormat dari pasiennya. Walaupun ayahnya setuju bila Florence membaktikan diri untuk kemanusiaan, namun ia tidak setuju bila Florence menjadi perawat di rumah sakit. Ia tidak dapat membayangkan anaknya bekerja di tempat yang menjijikkan. Ia menganjurkan agar Florence pergi berjalan-jalan keluar negeri untuk menenangkan pikiran. Tetapi Florence berkeras dan tetap pergi ke Kaiserswerth, Jerman untuk mendapatkan pelatihan bersama biarawati disana. Selama empat bulan ia belajar di Kaiserwerth, Jerman di bawah tekanan dari keluarganya yang takut akan implikasi sosial yang timbul dari seorang gadis yang menjadi perawat dan latar belakang rumah sakit yang Katolik sementara keluarga Florence adalah Kristen Protestan. Selain di Jerman, Florence Nightingale juga pernah bekerja di rumah sakit untuk orang miskin di Perancis.

Pada tanggal 12 Agustus 1853, Nightingale kembali ke London dan mendapat pekerjaan sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute for the Care of Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil yang terletak di Upper Harley Street, London, posisi yang ia tekuni hingga bulan Oktober 1854. Ayahnya memberinya £500 per tahun (setara dengan £ 25,000 atau Rp. 425 juta pada masa sekarang), sehingga Florence dapat hidup dengan nyaman dan meniti karirnya. Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila komite ini merubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis bahwa;
“ rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam ”
Komite Rumah Sakit pun merubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.

Pada 1854 berkobarlah peperangan di Semenanjung Krimea. Tentara Inggris bersama tentara Perancis berhadapan dengan tentara Rusia. Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka.
Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya, “Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?”.
Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya telah tiba, ia pun menulis surat kepada menteri penerangan saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan.
Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence adalah satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence menyanggupi.

Pada tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 gadis sukarelawan yang dilatih oleh Nightingale dan termasuk bibinya Mai Smith, berangkat ke Turki menumpang sebuah kapal.
Pada tanggal November 1854 mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di Scutari. Saat tiba disana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka bayangkan.
Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat.
Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemilik, potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap.

Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu.
Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat tidur para penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang bergelimpangan di luar rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada di luar paling tidak bernaung di bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda.

Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat;
Perban diganti secara berkala.
Obat diberikan pada waktunya.
Lantai rumah sakit dipel setiap hari.
Meja kursi dibersihkan.
Baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk setempat.
Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang manusiapun selesai dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam.

Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah berubah sama sekali, walaupun baunya belum hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit yang luka sudah jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal lelah hilir-mudik di bawah pengawasan Florence Nightingale.
Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan mengunci mereka dari luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk membuktikan pada orang tua mereka di tingkat ekonomi menengah, bahwa dengan disiplin yang keras dan di bawah kepemimpinan kuat seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi dari kemungkinan serangan seksual.

Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali.
Florence menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap. Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah. Saat bintara tersebut terlihat enggan, Florence mengancam akan melaporkannya kepada Mayor Prince. Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan, termasuk prajurit Rusia. Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia. Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal. Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama “Bidadari Berlampu”. Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang Florence Nightingale berjudul “Santa Filomena”, yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah sakit tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.
“ Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari berlampu untukku. ”

Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857, semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang ia lakukan ketika ia berada di medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal setelah Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Namun, ia terkena demam, yang disebabkan oleh Bruselosis (”demam Krimea”) yang menyerangnya selama perang Krimea. Dia memalangi ibu dan saudara perempuannya dari kamarnya dan jarang meninggalkannya.
Sebagai respon pada sebuah undangan dari Ratu Victoria - dan meskipun terdapat keterbatasan kurungan pada ruangannya - Nightingale memainkan peran utama dalam pendirian Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris, dengan Sidney Herbert menjadi ketua. Sebagai wanita, Nightingale tidak dapat ditunjuk untuk Komisi Kerajaan, tetapi ia menulis laporan 1.000 halaman lebih yang termasuk laporan statistik mendetail, dan ia merupakan alat implementasi rekomendasinya. Laporan Komisi Kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara militer, dan didirikannya Sekolah Medis Angkatan Bersenjata dan sistem rekam medik angkatan bersenjata.

Karir selanjutnya
Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, publik bertemu untuk memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada perang yang membuat didirikannya Dana Nightingale untuk pelatihan perawat. Sidney Herbert menjadi sekretaris honorari dana, dan Adipati Cambridge menjadi ketua. Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama “Dana Nightingale”, dimana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar sekali sejumlah £ 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence Nightingale berhasil menyeamatkan banyak jiwa dari kematian.
Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk wanita yang pertama, saat itu bahkan perawat-perawat pria pun jarang ada yang berpendidikan.

Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak perempuannya untuk bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadai seseorang yang terdidik.
Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London. Dunia kesehatan pun menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut.
Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi King College London.
Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin. Tulisannya mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan pelajaran di sekolah tersebut.
Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya, berpuluh-puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal rumah sakit yang lain banyak meminta bagian.
Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit Liverpool Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk rumah sakit Royal Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya.
Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara modernpun diterapkan ditempat-tempat tersebut.
Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis berbakat untuk dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan sekolah serupa di negerinya masing-masing.

Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah tumbuh dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan profesi keperawatan. Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior (matron), termasuk di rumah sakit-rumah sakit London seperti St. Mary’s Hospital, Westminster Hospital, St Marylebone Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti: Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia. Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan serendah mungkin. Buku dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini.
Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di kalangan orang awam dan terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia.
Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang perawatan bayi.
Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis Wanita.
Pada tahun 1870-an, Linda Richards, “perawat terlatih pertama Amerika”, berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali ke Amerika Serikat dengan pelatihan dan pengetahuan memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.
Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria.
Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-ratus undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini.
Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.
Nightingale adalah seorang universalis Kristen. Pada tanggal 7 Februari 1837 – tidak lama sebelum ulang tahunnya ke-17 – sesuatu terjadi yang akan mengubah hidupnya: ia menulis, “Tuhan berbicara padaku dan memanggilku untuk melayani-Nya.”

Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus 1910. Keluarganya menolak untuk memakamkannya di Westminster Abbey, dan ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.


http://www.keperawatan.net
Baca Selengkapnya - The Lady With The Lamp

Sabtu, 11 April 2009

Ask the Flowers

Baca Selengkapnya - Ask the Flowers

Stick Figure Family

Baca Selengkapnya - Stick Figure Family
Baca Selengkapnya -

Rabu, 08 April 2009

akhirnya....

aduuh,,bisa juga bikin blog. setelah susah-susah ubah password dan lain sebagainya, akhirnya, blognya jadi juga. emm..kira-kira bakal bikin apa lagi yaa....
Baca Selengkapnya - akhirnya....